The Leader Women An Introvert


Menjadi pemimpin bukan hanya seseorang yang aktif berbicara dan suka bergaul dengan banyak orang. Siapa pun bisa menjadi pemimpin dengan caranya masing-masing, seperti Fadila Ayustina Astari seorang yang telah mengikuti banyak kepanitiaan event dan beberapa kali menjadi pemimpin di suatu event.

Fadila termasuk seorang yang memiliki kepribadian introvert (orang yang tertutup). Kegemarannya berorganisasi dan terlibat dalam sebuah event membuat perempuan kelahiran Malang itu banyak belajar dari pengalamannya tentang bagaimana ia melalui perjalanan untuk berusaha nyaman dan bertanggung jawab sebagai pemimpin dengan sifatnya itu.

Jalan yang ia tempuh hingga dapat menjadi pemimpin sebuah event tentunya berbeda dari mayoritas sifat yang ada di dunia ini (ektrovert). Dila mengatakan bahwa ia sangat kesulitan berbaur dengan orang-orang baru, apalagi anggota timnya dalam sebuah event rata-rata tidak ia kenal. Meski begitu, ia tidak pernah merasa minder, ia mengatasinya dengan bijak sebagai seorang pemimpin.

Kesulitan dan tantangan apa yang dihadapi ketika menjadi pemimpin event?

Aku sulit menyatu dengan semua anggota timku. Dalam tim kan ada banyak kepala, ada banyak pikiran, dan aku nggak bisa menjangkau semuanya, misal yang aku handle sekitar 50 orang, aku nggak bisa ngertiin semuanya. Aku sulit cepat akrab sama orang, sulit menemukan omongan lain selain yang sedang kita bicarakan. Namun aku mengatasi semuanya dengan cara  aku meng-handle masing-masing ketua divisi dan itu lebih meringankan buat aku untuk mengkoordinir beberapa orang ini. Daripada mengkoordinir keseluruhan.

Meski sebenarnya dalam eksekusinya aku harus bertanggung jawab pada semua tim karena sebagai penanggung jawab utama. Tapi dalam masalah koordinasi, berdiskusi, itu aku nggak bisa langsung menerima dari orang banyak meskipun itu anggota timku sendiri. Aku lebih suka dan nyaman bertukar pikiran dengan pentolan-pentolan yang sudah aku pegang atau para ketua divisinya.

Dan tantangan yang besar bagiku ketika menjadi pemimpin sebuah event adalah aku harus berpikir bagaimana aku bisa me-manage timku dengan orang-orang yang belum aku kenal, dan mengeksekusi acara dengan berjalan sukses.

Bagaimana mengatasi sulit berbicara di depan umum?

Pernah waktu dulu ketika masih menjadi mahasiswa baru, aku join kepanitian yang lumayan besar di divisi sponsor sebagai staff. Kemudian pada saat rapat semua divisi aku ditunjuk oleh ketua divisi sponsor untuk menyampikan progessan, itu pertama kalinya aku berbicara di depan umum. Dan waktu itu aku nggak bisa nge-handle karena aku nggak menguasai apa yang aku omongin, terus aku juga nggak kenal seluruh audience-nya. Jadi, tips dari aku untuk mengatasi sulit berbicara di depan umum yaitu kuasai benar yang mau kamu sampaikan itu apa; lihat audience-nya seperti apa, misal audience-nya anak muda, berarti kita harus berbicara layaknya anak muda yang santai, tidak terlalu kaku; dan terakhir harus banyak-banyak latihan juga. Pada awal-awal aku suka nggak percaya diri, tapi semakin lama bersosialisasi, semakin banyak berbicara di depan umum, semakin terlatih. Dan semakin kita tau mau bicara apa, semakin melancarkan kita pada saat berbicara di depan umum.

Pengamalaman apa yang paling menarik saat terlibat menjadi panitia event?

Ketika gabung dikepanitiaan tingkat universitas buat acara ospeknya satu univertas. Jumlah keseluruhan panitia ada 800 an orang dari semua fakultas melalui open recruitment. Aku keterima di divisi korlap (koordinasi lapangan) dan satu divisi itu aja jumlahnya 150 orang.

Mahasiswa UB (Universitas Brawijaya) kan banyak, sekitar 15 ribu an. Kemudian pada saat hari-H aku kebagian memimpin claster 12 dengan jumlah 200 maba dan aku harus barisin semuanya, teriak-teriak kencang dan latihannya korlap itu keras banget. Setiap hari harus lari muterin rekrorat. Latihan suara, latihan baris, dan aku harus standby di univ jam 4 pagi.

Selain memimpin claster aku juga harus buat formasi mop bareng teman-teman korlap lainnya. Maba yang ada dilapangan itu sendiri sekitar 7 ribu an. Dan itu benar-benar hectic banget. Kita yang ngomandoin buat bentuk formasi asian games, pramuka, merah putih, dll. Pas dilihat tuh rapih banget, barisannya lurus, terharu senang kita bisa mengkoordinir sekian ribu maba itu dengan berhasil. Itu yang paling menarik sih karena hari-H nya cape, latihannya cape, dan hasilnya memuaskan.

Komentar